YANG namanya pak polisi itu biasanya punya dua pistol. Satu pistol pribadi yang sejak pertama kali lahir sudah dimiliki. Satunya lagi pistol milik negara. Dalam prinsipnya, kedua pistol tersebut, baik pistol pribadi yang berpeluru cair, maupun pistol negara yang berpeluru timah panas, tidak bisa ditembakkan sembarangan. Sudah ada Protap alias prosedur tetapnya.
Seorang oknum polisi di Provost Polda Sulawesi Tenggara, Bripka DM, untuk urusan memegang pistol milik negara, sepertinya dia sudah menjalankan prosedur tetap lantaran tidak terdengar adanya penyalahgunaan terhadap kepemilikan pistol negara tersebut.
Akan tetapi, terhadap pistol pribadinya itu, DM lupa ( atau pura-pura lupa) bahwa untuk bisa dipakai dan ditembakkan ke sasarannya haris ada ijin resmi dan punya surat ijin menembak alias buku nikah.
Biasanya sih, kalau laki-laki sudah punya rencana buat melakukan sesuatu yang ‘seru’ setan akan mudah berisik.
“Nunggu surat nikah segala mah kelamaan , bro. Keburu ubun-ubun ente panas. Mending ente pepet si Jamilah , bininya Iwan tuh..Kaga pake ribet, kapan ente mau tinggal tembak,” begitu kira-kira si setan merayu. Ini mah kira- kira doang ya?
Buat laki-laki yang imannya tipis setipis kertas tisue, rayuan kayak gitu mah paling gampang masuk ke benaknya. Buktinya, Bripka DM langsung dan terus mepet si Jamilah. Awalnya sih kirim2 pesan lewat udara melalui aplikasi yang ada di telpon genggam. Dari udara itu, barulah dilakukan kopi darat supaya bisa genggam- genggaman.
Jamilah yang kemudian sudah masuk dalam jerat- jerat cinta, sudah hilang kewaspadaan nasional-nya hingga gak engeh kalau dirinya dalam intaian sang suami. Salah satunya, pesan-pesan mesra yang ada di telepon genggam Jamilah juga sudah dibaca sang suami.
Kecurigaan sang suami makin terbuka lebar ketika suatu hari di Jumat (05/5/23) malam Jamilah pamit ingin pergi ke tempat kebugaran alias fitnes,
padahal saat itu Jamilah lagi meriang.
Iwan sudah curiga tapi tidak ingin langsung menuduh apalagi memfitnah, karena dia tau fitnes, eh fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Harus ada bukti, harus tertangkap basah.
Tak mau lama- lama memendam gundah gulana, resah dan gelisah, Iwan pun kemudian datang ke tempat kebugaran yang biasa Jamilah kunjungi. Jamilah ternyata tak ada di situ. Ketika akan balik kanan, tak jauh dari tempat kebugaran ada sebuah hotel kelas melati dan Iwan menemukan sepeda motor Jamilah terparkir di situ.
Iwan ciriga kalau istrinya pasti ada di salah satu kamar hotel tersebut . Ia kemudian meminta bantuan orang-orang yang ada di tempat kebugaran, untuk mendonrak kamar hotel yang di dalamnya diyakini ada Jamilah sedang baku tembak.
Benar saja, ketika pintu kamar hotel didobrak, Jamilah dan DM benar-benar tertangkap basah karena keduanya lagi basah-basahnya mandi keringat dan dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun.
Apa yang selama ini dicurigai Iwan kalau istrinya sudah ditembak oknum polisi dengan pistol airnya itu, jadilah kini terungkap. Cuma berapa kali tembakan itu dilepaskan Bripka DM ke Jamilah, belum ada konfirmasi lebih lanjut.
Dasar Jamilah, ngakunya meriang gak taunya merindukan kasih sayang. Ngakunya ke tempat kebugaran nyatanya dibugarin pak oknum polisi.
Kelakuan Bripka DM ternyata sesuai dengan namanya, Demen Menembak. (suzana)